Rabu, 23 Maret 2016

Kiko dan Minyak San Hong, obat ampuh untuk mengatasi scabies

Scabies menurut saya adalah jenis penyakit yang menyebalkan, membuat hewan peliharaan kita yang mulanya lucu, ceria, dan bahagia menjadi sakit, murung, dan terus garuk” karena gatal yang melanda. Untuk gatal sendiri, saya tidak mendapatkan keterangan secara langsung dari si penderita ya, karena hingga saat ini kelinci peliharaan kakak saya tidak menjelaskannya secara langsung, hanya kode kalau ia tidak nyaman dengan itu kutu. Gatal sendiri saya dapatkan keterangannya dari internet, dan juga melihat bagaimana kelinci kakak saya murung, mungkin karena gatal yang tiada terkira sedangkan ia tak bisa sambat a.k.a mengeluh dengan mengungkapkannya ke dalam bahasa manusia.
Tapi saya yakin banget, ini penyakit memang benar-benar bikin hewan peliharaan stress. Bagaimana tidak, mereka membentuk koloni dan bersarang seenaknya sendiri di tubuh makhluk lain, menimbulkan rasa gatal, sudah itu kalau tidak ditangani dengan benar membuat bagian tubuh yang ditempelinya menjadi pecah-pecah dan berdarah, lalu tak lama akan mati dengan kondisi yang menyedihkan.
Oke, tidak usah banyak basa-basi, langsung saja tujuan saya menulis ini adalah untuk memberikan pengalaman saya dalam menangani kelinci kakak saya yang terkena penyakit scabies. Mulanya, kelinci kakak saya yang bernama Kiko baik-baik saja ketika dibeli bersama dua kelinci lainnya. Namun ternyata salah satu dari kelinci tersebut sudah terkena scabies, akhirnya kakak hanya mengobatinya dengan obat semprot biasa, namun dua kelinci tidak tertolong, mati karena gatal yang tiada terkira kali yaa. Dan akhirnya tinggallah Kiko seorang.
Awalnya scabies di tubuh Kiko tidak banyak, lalu mungkin karena obatnya kurang manjur, apalagi ditambah polahnya si Kiko yang ogah-ogahan jika diobati, maka scabiesnya semakin menjalar kemana-mana. Kiko yang awalnya ganteng banget (golongan cogan di dunia perkelincian) berubah jadi kelinci buruk rupa. Hidungnya tebal, bibirnya jadi kaku kaya kulit ayam crispy, telinganya pecah-pecah kaya jamur crispy, begitu juga dengan tangan dan kakinya. Karena sama sekali tidak menunjukkan perubahan, akhirnya kamipun beralih ke obat semprot merk sca*ix, yang baunya kaya puyer dikasih air, namun lumayan manjur efeknya. Setelah beberapa kali penggunaan, hidung Kiko yang awalnya mancung karena timbunan scabies jadi kembali ke bentuknya semula, begitu juga dengan bibir dan kaki tangannya, namun tiap kali ia disemprot, Kiko selalu saja meronta, dugaan saya mungkin perih atau baunya terlalu kuat kali ya makanya Kiko selalu melakukan pemberontakan membabi buta, meronta sana-sini, sampe rasa-rasanya tubuhnya pernah serasa jadi molor-molor gitu. Apalagi, setelah beberapa kali pemakaian, kulitnya juga jadi merah-merah, dan tiap mau disemprot lagi polahnya Masya Allah nyebelin banget pokoknya. Makanya, saya akhirnya yakin banget kalau obat itu menyakiti Kiko, karena tiap diobati Kiko jadi Drama King, meronta-ronta, menggigit, lalu setelah dilepas, berlari menjauhi kami dengan tatapan sinis kepada saya dan kakak saya.

Kurang lebihnya begini telinga Kiko dulu, pecah-pecah dengan darah mengering di sela-selanya


Hidung Kiko dulu mirip seperti ini, tapi untuk bibirnya lebih parah lagi



Akhirnya, di suatu pagi yang cerah, saya dan kakak memutuskan untuk bekerja sama mengobati sakitnya Kiko, karena jika seorang diri Kiko yang lebay akan merepotkan kami. Awalnya kami ingin menyemprotkan sca*ix ke telinga Kiko yang pecah-pecah semacam jamur crispy itu, tapi kami nggak tega juga, takut kalau ternyata yang dirasain Kiko itu perih banget, karena sampe terlihat dagingnya dengan darah mengering. Akhirnya kamipun dapat ide, bagaimana kalau diolesi minyak tawon saja, karena minyak tersebut dikenal manjur, dan sepertinya lumayan. Kurang apa coba, entah itu letusan minyak goreng, kesleo, terkilir, masuk angin, pegal-pegal, anggota keluarga paling sering ya lari ke Minyak Tawon itu. Namuun setelah kami cari-cari minyak tersebut di seantero rumah, ide kami hanyalah sebatas ide, karena nyatanya di rumah kami, kami lagi nggak punya minyak tersebut, LOL. Akhirnya saya pun dapat ide, tetap mengobati Kiko namun dengan minyak pengganti milik Ibu saya, yakni Minyak San Hong, dari minyaknya sendiri sih, menurut saya warnanya mirip minyak tawon, tapi baunya lumayan beda. Karena sepertinya mereka nggak jauh beda khasiatnya, sepertinya lo ya, hehe. kamipun berpikiran, dengan diolesi minyak San Hong tersebut, kemungkinan lukanya akan menjadi lebih baik, setidaknya begitu pikiran kami saat itu. Yah, 11 12 lah ya dengan Minyak Tawon.

Ini nih wujud Minyak San Hong dan kemasannya



Akhirnya, setelah minyak sudah di depan kami, telinga Kiko kami olesi pelan-pelan, dan ajaibnya Kiko yang biasanya berubah jadi brutal selama diobati, kali ini ia menjadi lebih tenang, kamipun mengambil kesimpulan bahwa minyak tersebut sama sekali nggak menyakitinya, nggak kaya obat sebelumnya itu tuh. Dan ketika saya olesi (kakak yang memegangi tubuh Kiko) telinga Kiko lagi dan lagi secara berulang, scabies yang udah menggumpal-gumpal nggak jelas itu tiba-tiba rontok dengan mudahnya, padahal biasanya butuh usaha cukup ekstra hati-hati biar kami bisa mencabut koloni scabies pengganggu itu tanpa menyakiti kelinci kami. Akhirnya saya coba banyakin lagi minyaknya, dan memang gampang banget scabiesnya rontok, namun ketika saya mencoba untuk mencabut yang lapisan bawah yang nempel langsung di daging telingnya Kiko, tubuhnya sampai kejer-kejer gitu, mungkin saking sakitnya yaa. Selama mencabuti itu scabies, berulang kali saya mencoba menenangkan Kiko juga, bahwa niat kami bukan untuk menyiksanya, kami hanya ingin merawat Kiko sebaik mungkin, dan disela-sela itu saya sempat mengutuki si kutu sialan itu, bagaimana jahatnya mereka, menggerogoti tubuh hewan lain, merampas kebahagian mereka, membuat mereka menderita, aduuh lebaynya :DD, tapi memang itu faktanya yang terjadi dengan Kiko kami. 

Saya juga yakin, ditengah gemeternya tubuh Kiko ketika scabies dicabut langsung dari daging telinganya, ia mungkin  menyumpahi saya dalam hati karena saya sudah jahat dengannya, dibuktikan dengan berkali-kali ia mencoba menggingit tangan saya. Meski sebenarnya nggak tega, tapi ini demi kesembuhan Kiko. Beruntungnya, meskipun Kiko terkadang meronta dan mencoba menggigit, scabies di telinganya habis sudah, saya dan kakak heran dan dibuat kagum sama itu minyak. Baru sekali pakai, scabiesnya langsung rontok tak bersisa, ada sih sisanya, tapi hasilnya hari itu sungguh nggak sebanding sama obat-obatnya yang dulu, hehe.
Setelah Kiko kami berikan minyak San Hong secara rutin, scabiesnya benar-benar hilang dan gak balik lagi. Secara rutin saya olesi tiap pagi, hingga ke dalam telinganya, karena ternyata begitu saya masukkan jari saya ke daun telinga Kiko di bagian yang agak dalam, disana ada gumpalan scabies yang bersembunyi. Begitu saya olesi, dengan mudahnya scabies tersebut bisa saya tarik keluar. Ya meskipun kami harus rutin mengolesinya, namun saya lihat kondisi Kiko jadi lebih baik, meski tubuhnya masih kurus dan bulunya dekil karena sisa obat semprot yang dulu masih membekas, tapi Alhamdulillah Kiko yang kami kira tidak akan berumur panjang, jadi sehat kembali, meskipun mukanya tetep aja sinis, hehe.
Saya pun akhirnya harus meninggalkan Kiko selama seminggu untuk ada perlu di Kota Malang. Dan sepulangnya saya, saya kaget karena bulu-bulu Kiko yang dulu dekil kini jadi kembali putih, bulu di sekitar hidung, mulut, dan kaki tangannya sudah tumbuh, telinganya pun membaik, yang dulu sehabis saya pretelin scabiesnya, pinggiran daun telinganya kaya daging sapi ditumbuk, kini sudah sehat, pokoknya secara keseluruhan sudah sehat wal afiat, tubuhnya juga gemuk kembali. Saya masih sering memeriksa seluruh tubuh Kiko terutama bagian telinga, kaki dan ekornya, karena dulu bagian-bagian itu yang paling mengerikan. Kaku, pecah, dan berdarah, saya juga masih sering mengolesinya, takut kalau scabiesnya balik lagi. Alhamdulillah berkat Minyak Gosok San Hong Kiko kami kini sehat kembali, lincah kembali, tapi masih aja judes :DD.
So, untuk kalian yang memiliki masalah sama dengan Kiko, jangan ragu untuk mencoba juga mengobatinya dengan cara yang sama. Dari segi harga, Minyak San Hong lebih murah dibading dengan obat semprot maupun salep yang ada di pet shop. Untuk ukuran kecil 12ml harganya sekitar 8000an, yang ukuran besar 50ml sekitar 17000an, saya lupa tepatnya, tapi memang harganya tidak semahal minyak tawon kok. Namun, meskipun lebih murah, terbukti minyak San Hong tidak murahan. Scabiesnya hilang dalam sekejap dengan perawatan rutin. Minyaknya pun mudah dicari, banyak tersedia di apotik-apotik, dan yang paling penting, saya yakin tidak menyakiti Kiko, karena ketika kami obati, Kiko yang judes, brutal dan lebay terbukti lebih kalem, dan diam, seperti mempersilahkan saya untuk mengobatinya.
Demikian pengalaman saya ketika mengobati scabies dengan minyak San Hong, semoga bermanfaat. Maaf jika dalam penulisan ada kesalahan tulis yang nggak sesuai dengan kaidah EYD, terkesan banyak basa-basi, dan lebih mirip ngiklan, hehehe. 

Oya, seluruh gambar yang saya cantumkan disini, itu bukan hasil jepretan saya, karena saya nggak sempat motret sendiri, gambar minyaknya saya ambil di google, begitu juga dengan kondisi telinga, hidung, dan bibir, itu hanya contoh kondisi Kiko yang dulu. Karena menurut saya, kondisi Kiko yang dulu sangat mengenaskan, tidak pantas dipotret karena membuat hati terenyuh, dan pengobatan dengan Minyak San Hong itupun ide spontan, jadi saya dan kakak tidak terpikir sama sekali untuk memotret. Terima kasih saya ucapkan kepada pemilik gambar.

Semoga Bermanfaat

Salinan kisah dalam buku Rambu-rambu Tarbiyah dalam Sirah Nabawiyah

Ketika saya SMA, saya memiliki kebiasaan menyalin buku yang telah saya baca dengan mengetiknya di warnet, dulu warnet adalah tempat hits bagi remaja, termasuk saya. Sehingga mau-maunya datang kesana membawa buku bacaan untuk saya ketik ulang sebagian agar bisa saya baca dikemudian hari. Bukunya biasanya saya dapat pinjaman dari perpustakaan daerah, berikut adalah salinan dari salah satu buku favorit saya tersebut

KESABARAN YANG LEMAH  
KESABARAN RASULULLAH 

Pada Perang Uhud, wajah Rasulullah menjadi sasaran anak panah hingga retak hidung dan tanggal gigi gerahamnya. Wajahnya yang mulia itu terluka, mencucurkan darah. Hingga tersebarlah berita bahwa beliau telah terbunuh. Kaum muslimin langsung berpencar mencarinya. Berbagai perasaan berkecamuk dalam benak mereka. Sebagian kembali ke Madinah, yang lain ke atas gunung. Meski demikian, beliau tetap bersabar, tetap bergeming dalam memimpin peperangan hingga berakhir.
Di lain saat ketika anaknya, Ibrahim, meninggal di sisinya, kedua kelopak matanya bercucuran air mata seraya berkata,
“Mata melelehkan hati berduka. Namun kita tidak bisa berkata apa apa kecuali apa yang diridhai Allah. Demi Allah, hai Ibrahim! Kami semua berduka berpisah denganmu.” (diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Beliau juga bersabar menahan lapar, hingga diselipkannya batu pada perutnya. Beliau juga pernah shalat sambil duduk karena lapar. Diriwayatkan oleh Muslim dari Nu’man bin Basyir,
“Aku saksikan nabimu tidak memiliki korma dan apa yang dapat mengisi perutnya.” Dalam riwayat lain disebutkan,
”Aku lihat hari ini rasulullah kelaparan, tidak memiliki korma ataupun sesuatu yang dapat mengenyangkan perutnya.” (shahih muslim)
Beliau bersabar dalam dakwahnya, dalam menghadapi cercaan serta hinaan, tuduhan bohong: gila dan tukang sihir. Beliau diusir dari Thaif ketika sedang berdakwah disana. Dikeroyok oleh mereka, penduduk Thaif hingga anak anaknya. Mereka lempar dengan batu batu dari satu tempat ke tempat lain hingga terluka telapak kaki yang mulia itu. Diludahi wajahnya oleh Ibnu Abi Mu’ith, namun beliau hanya mengusapnya. Ini semua dilakukannya hanya karena mencari ridha Allah semata, dan Allah memang memerintahkan untuk bersabar.
“Bersabarlah hai (Muhammad) dan tiadalah kesabaran mu melainkan karena Allah.” (An-Nahl: 127) “Sesungguhnya hanya orang orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
Dalam shahih Muslim, dari Umi Salamah dikatakan: “ Aku mendengar Rasulullah saw., bersabda.”Tidaklah jika seorang muslim tertimpa musibah kemudian ia berkata sebagaiman yang diperintahkan Allah kepadanya: innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. ( Ya Allah, berilah kepadaku atas musibah ini pahala dan ganti yang lebih baik darinya.”
Ummu Salamah berkata,”Ketika Abu Salamah meninggal, aku berpikir siapakah dari kaum muslimin yang lebih baik daripadanya? Ia adalah keluarga pertama yang berhijrah kepada Rasulullah. Kemudian aku ucapkan doa itu dan Allah menggantinya dengan Rasul-Nya sendiri.”

KHUSYU’NYA PARA SAHABAT DAN PURA-PURANYA KITA  

Rasulullah usai dari pertempuran melawan salah satu kabilah yang menentang daulah islamiyah yang tengah berdiri di Madinah. Pertempuran itu dimenangkan oleh kaum muslimin dengan menghalau mereka kembali ke kampung halaman mereka. Salah seorang dari kabilah itu kembali ke rumahnya dan tidak menemui istrinya di sana. Ia mengira bahwa istrinya ditawan oleh kaum muslimin. Ia bersumpah untuk tidak kembali ke rumah hingga mendapatkan istrinya. Akhirnya ia mengintip pasukan muslimin. Rasulullah memerintahkan tentara agar berhenti ketika malam menjelang untuk menginap hingga pagi. Beliau meminta dari para sahabat untuk bertugas hirasah (ronda). Amar bin Yasir dan Ubad bin Bisyr sanggup memikul tugas itu. Ketika mereka keluar ke mulut gang, si Anshar berkata kepada si Muhajir, yakni si Ubad kepada Amar,
“Malam yang mana yang kau sukai, awal atau akhirnya?”
“Biarkan aku untuk awalnya.” Maka si Muhajir, Amar, mulai membaringkan tubuhnya lantas tidur. Sedangkan si anshar, Ubad, beranjak mengerjakan shalat. Kemudian datanglah orang itu. Ketika melihat sesosok manusia, ia yakin bahwa orang itu (Ubad) adalah penjaga kaum muslimin, maka ia bidikkan anak panah ke arahnya, ia lepaskan dan mengenainya, namun sahabat itu tetap dalam keadaan berdiri. Kemudian dilepaskan anak panah yang lain dan mengenainya, kemudian disusul dengan yang ketiga juga mengenainya hingga sahabat itu meneruskan ruku’ dan sujud. Setelah itu ia membangunkan sahabatnya dari tidur. Amar berkata,
”Duduklah dengan tenang, aku telah bangun.” Pengintai itu lantas melompat ketika dilihatnya kedua sahabat itu hendak membalasnya, dan kaburlah ia. Ketika dilihatnya tubuh sahabat ansyar mengucurkan darah, Amar berkata,
”Subhanallah, mengapa kau tidak membangunkan aku saat pertama ia memanahmu?”
“Saat itu aku sedang serius membaca satu surat, aku tidak ingin memutuskannya hingga tuntas. Maka panah demi panah mengenaiku, akupun ruku’ lantas membangunkanmu. Demi Allah, kalau bukan karena khawatir aku mengabaikan amanah (tugas) yang Rasulullah perintahkan aku untuk menjaganya, aku biarkan ia membunuhku hingga aku selesaikan bacaanku atau merealisasikan surat itu.”
Demikianlah kekhusyu’an mereka, bahkan sebagian meriwayatkan bahwa kakinya sampai terputus dalam keadaan shalat tanpa ia rasakan. Kehebatan macam apa itu? kekhusyu’an macam apa jika di antara mereka merasakan istirahatnya dalam shalat? Oleh karena itu, jika Rasulullah dikerumuni banyak problem atau malapetaka, beliau memanggil Bilal, agar Bilal segera adzan.
“Istirahatkan kita dengan shalat, hai Bilal!”
Beliau menganggapnya sebagai refreshing atas segala beban yang dirasakannya dari pendustaan kaumnya dan perbuatan mereka menghalangi jalan Allah serta rongrongan para pembesar Quraisy. Adapun kita, tubuh tubuh kita berdiri di masjid namun pikiran dan perasaan kita jauh melanglang buana ke luar masjid, baik diantara seluk beluk urusan bisnis, nasib, keadaan anak anak di rumah, binatang piaraan, maupun rencana rencana masa depan. Terbayang pula kecantikan istri dan tunangan. Pikiran kita dikerumuni oleh problem rumah tangga, anak anak, dan tetangga, urusan sawah, mobil, dan semua yang berkaitan dengan jual beli, service, karier, kenaikan pangkat, persaingan hingga semua pengembaraan jauh ke luar masjid. Sampai akhirnya kita mendengar ucapan imam, “Assalamualaikum”, dan kita terkejut. Seakan seseorang membangunkan kita dari dengkur yang pulas, agar kembali menyadari bahwa kita sedang berada di masjid, di antara jamaah shalat. Barangkali ini adalah salah satu sebab yang kita saksikan, bahwa di antara manusia yang dalam kondisi senantiasa menjaga shalatnya, tetapi masih melakukan banyak kemaksiatan dan kezhaliman. Hal itu pula yang membuat mereka tidak khusyu’ dalam shalat, tidak menyadari bahwa Allah ada di depan mereka, dan tidak mentadabburi apa yang mereka baca. Salatnya tidak dapat mencegah kemungkaran, sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45) Ayat ini tidak diragukan lagi kebenarannya jika kita realisasikan kekhusyu’an dan kita tinggalkan kepura puraan.

HIFZHUL JANAH DALAM SIRAH  
RENDAH HATI YANG DISYARIATKAN DALAM AL – QUR’AN 

Al – Qur’an menamakannya sebagai Hifzhul Janah (merendahkan sayap, merendahkan hati). Seperti dalam terjemahan surat Asy-Syu’ara ayat 215,
“Dan rendahkanlah hatimu terhadap orang orang yang mengikutimu, yaitu orang orang yang beriman.”  Atau dalam terjemahan surat Al-Hijr ayat 88,
“Rendahkan hatimu terhadap orang orang yang beriman.”
Arti lain dari “hifzhul janah” adalah sikap tawadhu’ dan kasih sayang dalam bergaul. Yakni seseorang yang merendahkan dirinya sendiri dalam bergaul bagai burung yang hendak turun.

HIFZHUL JANAH DALAM SIRAH 

Pertama kali yang hendak kita ungkap adalah tentang sikap rendah hati dan ta’zhim- nya Abu Bakar Ash-Shidiq kepada Rasulullah dalam peristiwa hijrah. Pada peristiwa itu, nilai nilai cinta karena Allah serta kerendahan hati tampak jelas. Abu Bakar sendiri mengisahkannya sebagai berikut: Kami keluar, berjalan terburu buru pada siang dan malam melewati panas yang terik. Aku edarkan pandangan barangkali ada tempat berteduh bagi kami, hingga aku dapati sebuah batu besar. Aku mengendap kesana lalu meratakan tanahnya di bagian bawah yang teduh, aku gelar untuk rasulullah selembar kulit binatang.
“Berbaringlah, wahai Rasulullah!” Beliau pun berbaring. Lantas aku keluar mencari sesuatu, tiba tiba aku dapati seorang anak pengembala kambing, lalu aku tanyakan kepadanya.
“Siapa tuanmu, nak?”
“Seorang dari Quraisy,” ia sebutkan namanya dan aku tahu orang itu.
“Apakah terdapat susu pada kambingmu itu?”
“Ya.”
“Bisakah kau memerah untukku?”
“Bisa.”
Aku perintahkan ia mengambil satu kambing, agar dibersihkan putingnya dari debu. Ia juga membersihkan telapak tangannya. Aku ambilkan sebuah kantong yang terbuat dari kain dan menadahkannya pada tempat ia memerah susu itu. Lalu aku masukkan ke dalam mangkuk hingga terasa dingin bagian bawahnya. Kemudian aku temui rasulullah dan aku penuhi kebutuhannya. Aku katakana padanya, “Minumlah, wahai Rasulullah.”
Beliau meminumnya hingga terasa lega olehku. Begitulah, Rasulullah yang minum tetapi Abu Bakar yang merasakan kepuasan, hanya dengan menyaksikan kekasih-Nya minum. Sebenarnya ia merasa haus namun ia telah puas demi melihat saudaranya minum. Inilah itsar (mengutamakan kepentingan orang lain) yang merupakan peringkat tertinggi dalam ukhuwah dan kerendahan hati. Sikap rendah hati seperti ini bukan hanya terjadi pada Ash-Shidiq, namun juga terjadi pada sahabat yang lain. Dijadikan mereka oleh Allah sebagai perumpamaan terindah, bahkan Dia memuji mereka dalam kitab-Nya,
“Muhammad Rasulullah dan orang orang yang bersamanya, mereka bersikap keras terhadap orang kafir dan saling berkasih sayang di antara mereka.” (Al-Fath: 29)  

Al-Bilali, Abdul Hamid Jasim. Rambu-rambu Tarbiyah dalam Sirah Nabi/ Abdul Hamis Jasim Al-Bilali, penerjemah, FB. Marjan; editor, Trisno Susilo, Fajri Muhammad,Saptorini. – cet. 4. Surakarta; Era Intermedia , 2006 192 hlm.; 19,5 cm Judul Asli; Waqafat Tarbawiyah fii As-Sirati An-Nabawiyah 

Kembali Bercerita tentang Perjalanan SMA

Blog ini adalah tempat menulis online yang kedua bagi saya. Yang pertama, saya buat ketika SMA, terlupakan karena sibuk, tapi saya sempat menyimpan tulisannya beberapa. Dan yang ini, baru, saya buat lagi, karena tiba-tiba ingin menulis kembali di dunia maya. Saya bukan penulis yang pandai dan banyak pengalaman, hanya sekedar suka saja, lebih tepatnya cinta, hingga tak malu jika masih salah-salah, mohon dimaklumi yaa, karena perempuan selalu benar, hehehe.
Untuk kali ini, saya ingin post lagi tulisan saya dulu ketika SMA, tentang kucing, karena saya pecinta kucing. Begini ceritanya..
Tentang Kucing Vegetarian
Minggu, 13 Juni 2010
R.M Salsabil, Kendal
Waktu setempat
Pertemuan kali ini terjadi di tempat yang agak bonafit, yaitu di sebuah rumah makan di kota Kendal. Ku masuki rumah makan tersebut dengan gontai, lelah yang mendera tubuh sepertinya membuatku lesu dan tidak bernafsu. Selesai mencuci muka yang kusut, kuputuskan untuk menggabungkan diri dengan teman – teman lain yang makan di sisi kanan rumah makan. Yang kubawa saat itu hanyalah segelas teh hangat tawar dan sebuah piring berisi sepotong paha ayam goreng. Ketika aku sudah duduk, tiba-tiba kulihat 2 pasang bola mata indah tengah memandangku. Aku balik menatapnya. Senangnya hati ini, aku bisa balik memandangnya. Sontak kusapa dia dengan penuh kasih sayang, “ pus.. pus.. kamu mau ayam?” ujarku sambil menyodorkan sepotong besar ayam goreng ke muka si pus. Si pusnya tetap diam tak bergeming. Rupanya si pus anti makan daging ayam. Inilah kucing vegetarian pertama yang kutemui
~Dedicated to: si pus imut yang anti mainstream (hidup yang lama ya..)

Haloo

ASSALAMUALAIKUM WR.WB :)