Scabies menurut
saya adalah jenis penyakit yang menyebalkan, membuat hewan peliharaan kita yang
mulanya lucu, ceria, dan bahagia menjadi sakit, murung, dan terus garuk” karena
gatal yang melanda. Untuk gatal sendiri, saya tidak mendapatkan keterangan
secara langsung dari si penderita ya, karena hingga saat ini kelinci peliharaan
kakak saya tidak menjelaskannya secara langsung, hanya kode kalau ia tidak
nyaman dengan itu kutu. Gatal sendiri saya dapatkan keterangannya dari internet,
dan juga melihat bagaimana kelinci kakak saya murung, mungkin karena gatal yang
tiada terkira sedangkan ia tak bisa sambat a.k.a mengeluh dengan
mengungkapkannya ke dalam bahasa manusia.
Tapi saya yakin
banget, ini penyakit memang benar-benar bikin hewan peliharaan stress.
Bagaimana tidak, mereka membentuk koloni dan bersarang seenaknya sendiri di
tubuh makhluk lain, menimbulkan rasa gatal, sudah itu kalau tidak ditangani
dengan benar membuat bagian tubuh yang ditempelinya menjadi pecah-pecah dan
berdarah, lalu tak lama akan mati dengan kondisi yang menyedihkan.
Oke, tidak
usah banyak basa-basi, langsung saja tujuan saya menulis ini adalah untuk
memberikan pengalaman saya dalam menangani kelinci kakak saya yang terkena
penyakit scabies. Mulanya, kelinci kakak saya yang bernama Kiko baik-baik saja
ketika dibeli bersama dua kelinci lainnya. Namun ternyata salah satu dari
kelinci tersebut sudah terkena scabies, akhirnya kakak hanya mengobatinya
dengan obat semprot biasa, namun dua kelinci tidak tertolong, mati karena
gatal yang tiada terkira kali yaa. Dan akhirnya tinggallah Kiko seorang.
Awalnya
scabies di tubuh Kiko tidak banyak, lalu mungkin karena obatnya kurang manjur,
apalagi ditambah polahnya si Kiko yang ogah-ogahan jika diobati, maka
scabiesnya semakin menjalar kemana-mana. Kiko yang awalnya ganteng banget
(golongan cogan di dunia perkelincian) berubah jadi kelinci buruk rupa.
Hidungnya tebal, bibirnya jadi kaku kaya kulit ayam crispy, telinganya
pecah-pecah kaya jamur crispy, begitu juga dengan tangan dan kakinya. Karena sama sekali tidak menunjukkan perubahan, akhirnya
kamipun beralih ke obat semprot merk sca*ix, yang baunya kaya puyer dikasih air,
namun lumayan manjur efeknya. Setelah beberapa kali penggunaan, hidung Kiko yang
awalnya mancung karena timbunan scabies jadi kembali ke bentuknya semula,
begitu juga dengan bibir dan kaki tangannya, namun tiap kali ia disemprot, Kiko selalu saja meronta, dugaan saya mungkin perih atau baunya terlalu kuat kali ya makanya Kiko selalu melakukan pemberontakan membabi buta, meronta sana-sini, sampe rasa-rasanya tubuhnya pernah serasa jadi molor-molor gitu. Apalagi, setelah beberapa kali pemakaian, kulitnya juga jadi merah-merah, dan tiap mau disemprot lagi polahnya Masya Allah nyebelin banget pokoknya. Makanya, saya akhirnya yakin banget kalau obat itu menyakiti
Kiko, karena tiap diobati Kiko jadi Drama King, meronta-ronta, menggigit, lalu
setelah dilepas, berlari menjauhi kami dengan tatapan sinis kepada saya dan
kakak saya.
Kurang lebihnya begini telinga Kiko dulu, pecah-pecah dengan darah mengering di sela-selanya
Hidung Kiko dulu mirip seperti ini, tapi untuk bibirnya lebih parah lagi
Kurang lebihnya begini telinga Kiko dulu, pecah-pecah dengan darah mengering di sela-selanya
Akhirnya,
di suatu pagi yang cerah, saya dan kakak memutuskan untuk bekerja sama
mengobati sakitnya Kiko, karena jika seorang diri Kiko yang lebay akan
merepotkan kami. Awalnya kami ingin menyemprotkan sca*ix ke telinga Kiko yang
pecah-pecah semacam jamur crispy itu, tapi kami nggak tega juga, takut kalau
ternyata yang dirasain Kiko itu perih banget, karena sampe terlihat dagingnya dengan darah mengering. Akhirnya kamipun dapat ide,
bagaimana kalau diolesi minyak tawon saja, karena minyak tersebut dikenal manjur, dan sepertinya lumayan. Kurang apa coba, entah itu letusan minyak goreng, kesleo, terkilir, masuk angin, pegal-pegal, anggota keluarga paling sering ya lari ke Minyak Tawon itu. Namuun setelah kami cari-cari minyak tersebut di seantero rumah, ide kami hanyalah sebatas ide, karena nyatanya di rumah kami, kami lagi nggak punya minyak tersebut, LOL. Akhirnya saya pun dapat ide, tetap mengobati Kiko namun dengan minyak pengganti milik Ibu saya, yakni Minyak San Hong, dari
minyaknya sendiri sih, menurut saya warnanya mirip minyak tawon, tapi baunya lumayan beda. Karena sepertinya mereka nggak jauh beda khasiatnya, sepertinya lo
ya, hehe. kamipun berpikiran, dengan diolesi minyak San Hong tersebut, kemungkinan lukanya akan menjadi lebih baik, setidaknya begitu pikiran kami saat itu. Yah, 11 12 lah ya dengan Minyak Tawon.
Ini nih wujud Minyak San Hong dan kemasannya
Ini nih wujud Minyak San Hong dan kemasannya
Akhirnya, setelah minyak sudah di depan kami, telinga Kiko kami olesi pelan-pelan, dan ajaibnya Kiko yang biasanya berubah
jadi brutal selama diobati, kali ini ia menjadi lebih tenang, kamipun mengambil kesimpulan bahwa minyak
tersebut sama sekali nggak menyakitinya, nggak kaya obat sebelumnya itu tuh. Dan ketika saya
olesi (kakak yang memegangi tubuh Kiko) telinga Kiko lagi dan lagi secara berulang, scabies yang udah
menggumpal-gumpal nggak jelas itu tiba-tiba rontok dengan mudahnya, padahal
biasanya butuh usaha cukup ekstra hati-hati biar kami bisa mencabut koloni
scabies pengganggu itu tanpa menyakiti kelinci kami. Akhirnya saya coba banyakin lagi minyaknya, dan memang gampang banget scabiesnya rontok, namun ketika saya
mencoba untuk mencabut yang lapisan bawah yang nempel langsung di daging telingnya Kiko,
tubuhnya sampai kejer-kejer gitu, mungkin saking sakitnya yaa. Selama mencabuti itu
scabies, berulang kali saya mencoba menenangkan Kiko juga, bahwa niat kami bukan untuk menyiksanya, kami hanya ingin merawat Kiko sebaik mungkin, dan disela-sela itu saya sempat mengutuki si kutu sialan itu, bagaimana jahatnya mereka,
menggerogoti tubuh hewan lain, merampas kebahagian mereka, membuat mereka
menderita, aduuh lebaynya :DD, tapi memang itu faktanya yang terjadi dengan Kiko kami.
Saya juga yakin, ditengah gemeternya tubuh Kiko ketika scabies dicabut langsung dari daging telinganya, ia mungkin menyumpahi saya dalam hati karena saya sudah jahat dengannya, dibuktikan dengan berkali-kali ia mencoba menggingit tangan saya. Meski sebenarnya nggak tega, tapi ini demi kesembuhan Kiko. Beruntungnya, meskipun Kiko terkadang meronta dan mencoba menggigit, scabies di telinganya habis sudah, saya dan kakak heran dan dibuat kagum sama itu minyak. Baru sekali pakai, scabiesnya langsung rontok tak bersisa, ada sih sisanya, tapi hasilnya hari itu sungguh nggak sebanding sama obat-obatnya yang dulu, hehe.
Saya juga yakin, ditengah gemeternya tubuh Kiko ketika scabies dicabut langsung dari daging telinganya, ia mungkin menyumpahi saya dalam hati karena saya sudah jahat dengannya, dibuktikan dengan berkali-kali ia mencoba menggingit tangan saya. Meski sebenarnya nggak tega, tapi ini demi kesembuhan Kiko. Beruntungnya, meskipun Kiko terkadang meronta dan mencoba menggigit, scabies di telinganya habis sudah, saya dan kakak heran dan dibuat kagum sama itu minyak. Baru sekali pakai, scabiesnya langsung rontok tak bersisa, ada sih sisanya, tapi hasilnya hari itu sungguh nggak sebanding sama obat-obatnya yang dulu, hehe.
Setelah
Kiko kami berikan minyak San Hong secara rutin, scabiesnya benar-benar hilang
dan gak balik lagi. Secara rutin saya olesi tiap pagi, hingga ke dalam
telinganya, karena ternyata begitu saya masukkan jari saya ke daun telinga Kiko
di bagian yang agak dalam, disana ada gumpalan scabies yang bersembunyi. Begitu
saya olesi, dengan mudahnya scabies tersebut bisa saya tarik keluar. Ya
meskipun kami harus rutin mengolesinya, namun saya lihat kondisi Kiko jadi
lebih baik, meski tubuhnya masih kurus dan bulunya dekil karena sisa obat
semprot yang dulu masih membekas, tapi Alhamdulillah Kiko yang kami kira tidak
akan berumur panjang, jadi sehat kembali, meskipun mukanya tetep aja sinis,
hehe.
Saya pun
akhirnya harus meninggalkan Kiko selama seminggu untuk ada perlu di Kota
Malang. Dan sepulangnya saya, saya kaget karena bulu-bulu Kiko yang dulu dekil
kini jadi kembali putih, bulu di sekitar hidung, mulut, dan kaki tangannya
sudah tumbuh, telinganya pun membaik, yang dulu sehabis saya pretelin
scabiesnya, pinggiran daun telinganya kaya daging sapi ditumbuk, kini sudah
sehat, pokoknya secara keseluruhan sudah sehat wal afiat, tubuhnya juga gemuk kembali.
Saya masih sering memeriksa seluruh tubuh Kiko terutama bagian telinga, kaki dan
ekornya, karena dulu bagian-bagian itu yang paling mengerikan. Kaku, pecah, dan
berdarah, saya juga masih sering mengolesinya, takut kalau scabiesnya balik
lagi. Alhamdulillah berkat Minyak Gosok San Hong Kiko kami kini sehat kembali,
lincah kembali, tapi masih aja judes :DD.
So, untuk
kalian yang memiliki masalah sama dengan Kiko, jangan ragu untuk mencoba
juga mengobatinya dengan cara yang sama. Dari segi harga, Minyak San Hong lebih
murah dibading dengan obat semprot maupun salep yang ada di pet shop. Untuk
ukuran kecil 12ml harganya sekitar 8000an, yang ukuran besar 50ml sekitar 17000an,
saya lupa tepatnya, tapi memang harganya tidak semahal minyak tawon kok. Namun,
meskipun lebih murah, terbukti minyak San Hong tidak murahan. Scabiesnya hilang dalam
sekejap dengan perawatan rutin. Minyaknya pun mudah dicari, banyak tersedia di
apotik-apotik, dan yang paling penting, saya yakin tidak menyakiti Kiko, karena
ketika kami obati, Kiko yang judes, brutal dan lebay terbukti lebih kalem, dan diam,
seperti mempersilahkan saya untuk mengobatinya.
Demikian pengalaman
saya ketika mengobati scabies dengan minyak San Hong, semoga bermanfaat. Maaf
jika dalam penulisan ada kesalahan tulis yang nggak sesuai dengan kaidah
EYD, terkesan banyak basa-basi, dan lebih mirip ngiklan, hehehe.
Oya, seluruh gambar yang saya cantumkan disini, itu bukan hasil jepretan saya, karena saya nggak sempat motret sendiri, gambar minyaknya saya ambil di google, begitu juga dengan kondisi telinga, hidung, dan bibir, itu hanya contoh kondisi Kiko yang dulu. Karena menurut saya, kondisi Kiko yang dulu sangat mengenaskan, tidak pantas dipotret karena membuat hati terenyuh, dan pengobatan dengan Minyak San Hong itupun ide spontan, jadi saya dan kakak tidak terpikir sama sekali untuk memotret. Terima kasih saya ucapkan kepada pemilik gambar.
Oya, seluruh gambar yang saya cantumkan disini, itu bukan hasil jepretan saya, karena saya nggak sempat motret sendiri, gambar minyaknya saya ambil di google, begitu juga dengan kondisi telinga, hidung, dan bibir, itu hanya contoh kondisi Kiko yang dulu. Karena menurut saya, kondisi Kiko yang dulu sangat mengenaskan, tidak pantas dipotret karena membuat hati terenyuh, dan pengobatan dengan Minyak San Hong itupun ide spontan, jadi saya dan kakak tidak terpikir sama sekali untuk memotret. Terima kasih saya ucapkan kepada pemilik gambar.
Semoga
Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar