Senin, 25 April 2016

Kucing LBGT



Sebenernya udah lama aku pengen nulis tentang kucingku satu ini, tapi karena aku sok menyibukkan diri gitu, jadi yaa molor-molor terus, sambil cari inspirasi gitu. Tapi akhirnya datang juga hari dimana aku mutusin untuk nulis tentang si ipus di blog ku ini. Yaa itung-itung sekalian untuk nambah-nambah daftar tulisan gitu yaa, biar agak banyak gitu tulisannya, biar blognya juga nggak sia-sia.
Dari foto diatas sih, kucingku itu kucing kampung. Dengan standar kelucuan yang biasa-biasa aja, mungkin dari sekomplek kosanku, yang bilang si ipus lucu tuh ya cuma aku aja. Yang lainnya mah, nglirik aja nggak kali yaa, tapi ya yang namanya cinta meski nggak lucu-lucu amat, bagiku si ipus itu udah loveable banget, and pastinya bullyable :D
Si ipus sebenernya jadi kucingku itu secara kebetulan, kebetulan aku suka kucing, terus dianya suka hinggap gitu di kosanku, tiap denger suara khas gemerincing kunci kos ku, si ipus selalu datang sambil lari-lari kecil gitu. Mungkin sebenernya ia ogah juga jadi kucingku, tapi berhubung cuma aku aja yang suka beri ia makan, yaudahdeh, akhirnya terjadilah simbiosis mutualisme antara kami berdua. Ia jadi pelipur laraku, salah satu tempat bully an jika aku dan sang mas ingin membully seseorang tapi gatau siapa, tempat aku ajak ngomong dikala aku sedang gila, yang jelas aku sayang banget sama si ipus, sampe pulang kampung pun kepikiran loh.. :D, dan tentunya si ipus dapat makan dari aku, ya meski sekedar dry food, tapi alhamdulillah rejeki untuk beli makan si ipus selalu ada.
Nah, si ipus ini berjenis kelamin cowok loh. tapi setelah sekian tahun eksis di lingkungan kosku, tubuhnya nggak bisa segede kucing-kucing jantan gitu. Kata si mas ke aku, "ipusmu itu kaya kucing perempuan malah, wajahnya kecil, bodi langsing, suaranya juga cenderung cempreng, nggak serak-serak basah gitu kaya kucing-kucing gagah diluaran sana".
Akhirnya keanehan bodi si ipus terjawab sudah, beberapa bulan lalu, di negara kita tercinta ini lagi hits isu LBGT, dan karena aku nganggepnya cuma "apaan sih ya", akhirnya aku nggak larut banget gitu sama isu tersebut, bahkan disela-sela waktuku ketemu si mas yang biasanya sedikit banyak kadang ikut-ikutan adu opini gitu sama sesuatu yang lagi hits, kali ini kami berdua sama sekali nggak minat. Namun, pada suatu hari si ipus membuat kami berdua syok. Karena ketika kami duduk di depan kos, tiba-tiba terlihat si ipus lagi kejar-kejaran gitu sama kucing besar berbulu semi anggora warna abu-abu yang kelihatannya kalo dipegang mungkin lembut kali yaa, bagian ekornya pun kaya kemoceng, melambai-lambai anggun gitu, tapi mukanya garang bener. Saat itu, kami berpikir mungkin itu cewek macho aja kali ya, akhirnya kami cuek. Namun berkali-kali ketika kami duduk di depan kos seperti yang sudah-sudah, si ipus juga lagi kejar-kejaran gitu sama kucing besar yang kami kira pasangan ceweknya, eh ternyata pas mereka deketan gitu jaraknya dengan kami, terlihatlah sesuatu yang menunjukkan bahwa si kucing mutlak jantan atau nggak. Dan ternyata ia jantan, ohmeeeeen!!!!!
Namun, sejak itu aku mencoba untuk berpikir positif, mungkin mereka sahabatan atau apalah itu, pokoknya bukan hubungan asmara lah intinya. Dan akhirnya, kejadian demi kejadian semakin mematahkan pikiran positifku itu, tiap deketan sama si kucing jantan, si ipus selalu ngeluarin suara khas gitu layaknya kucing jantang kebanyakan yang lagi kasmaran terus kejar-kejaran gitu sama pasangannya, pokoknya gitudeh suaranya, nggak bisa aku gambarin pokoknya, terus pernah juga mereka kepergok kaya adu wajah gitu, padahal harusnya kan kalo dua kucing jantan ketemu, adu ototlah mereka, nah sedangkan kucingku yang budiman itu malah glesotan di tanah sambil bolak-balik badannya, semacam caper ke lawan jenis, padahal ya yang dicaperin itu sesama jeniiis. Lain halnya jika kucing cewek yang melintas di depannya, sikap badannya justru menunjukkan permusuhan. Kata temen-temen sekosan, denganku si ipus jadi SALAH ASUHAN  -.-
Akhirnya dari pengamatan berhari-hari, dapatlah kesimpulan bahwa kucingku LGBT. Rupanya LGBT tidak juga dialami oleh manusia, hewan yang pada mulanya saya kira akan terhindar dari menyukai sesama jenis, ternyata ada juga yang demikian, tidak tanggung-tanggung, kucingku sendiri. Heran sih, tapi lebih pada itu adalah kuasa Tuhan, ya kali kalau manusia mungkin bisa ya kita ingatkan kalau kita mau dan yang diingatkan mau menerima juga. Nah ini hewan, bisa apa saya.. Saya hanya pasrah, mungkin ini adalah fenomena alam yang tidak lekas saya mengerti maksudnya apa, tapi meskipun begitu, saya tetap menyayangi ipus sepenuh hati seperti sebelum-sebelumnya.

Meski harus penyuka jenis, ipus tetaplah kucing saya, seperti hari-hari kemarin, dan ia tetap saja makhluk Allah yang harus disayang bagaimanapun keadannya. I Love You full, kiddo
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar